Sabtu, 06 Juni 2015

Jebakan Sekuler pada Sekolah Kristen



Jebakan Sekuler pada Sekolah Kristen
 Dr. Khoe Yao Tung, M.Sc.Ed, M.Ed

Pernah tahu tentang “Four C’s” yaitu empat keterampilan hasil pembelajaran abad ke 21? Adalah NEA (National Education Association) sebuah Asosiasi Pendidikan di Amerika yang menyatakan empat keterampilan khusus yang paling penting bagi kehidupan seorang murid di masa mendatang. Keempat C ("Four C ’s") tersebut adalah berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas. Mulanya NEA mengembangkan “Framework for 21st Century Learning,” sebagai kerangka pembelajaran abad keduapuluh satu pada tahun 2002. Kerangka tersebut merangkum delapan belas keterampilan yang berbeda dan dilakukan dalam delapan tahun terakhir, mereka mengembangkan standar, pengembangan profesional, dan penilaian belajar. Namun kerangka itu terlalu panjang dan rumit. Untuk itu mereka menyatakan “Four C’s” sebagai hasil penting untuk pendidikan K-12.
Akhirnya tujuan dari hasil belajar “Four C’s” banyak diadopsi oleh banyak sekolah publik, tak terkecuali sekolah-sekolah Kristen. Sangat disayangkan kalau sekolah Kristen hanya mengadopsi begitu saja tujuan pembelajaran tersebut, tanpa kembali merefleksikannya dengan kebenaran Firman Tuhan, paling tidak me”redeem”nya dalam kasih anugerah Tuhan. Suatu jebakan sekuler! Sebenarnya apa hasil penting tujuan pembelajaran sekolah Kristen? Apakah membuat orang berhasil, lebih efektif, lebih sukses, lebih pintar dan seterusnya. Saya tertarik dengan jawaban Howard Hendrik, ia mengatakan “Secular education seeks to make better, more effective, more successful, more intelligent people. The Christian educator aspires to nothing less than transformation of a believer into the image of Christ.”[1]
Jebakan sekuler pada pendidikan Kristen, dengan isme-ismenya terus menanti kelengahan para penatalaya pendidikan dalam menerapkan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan, termasuk mempengaruhi tujuan pendidikan Kristen. Jebakan, jerat, atau perangkap dalam bahasa Ibraninya adalah “skandalon”, yang berarti “batu sandungan”, pengajaran sesat, penyimpangan tujuan karena menganut suatu prinsip yang tidak sesuai dengan tujuan beserta prinsip semula, menyimpang dari kebenaran Allah. Jebakan sekuler nampak ketika tujuan pendidikan menghasilkan keberhasilan individu dengan sempurna, yaitu murid yang nantinya berhasil dalam masyarakat, sukses secara karir, apalagi sukses secara finansial menjadi hal yang terutama. Jebakan sekuler akan nampak ketika pendidikan mengusung kompetisi siapa yang kuat dia yang berkuasa. Pencapaiannya seolah menguasai dunia, padahal Firman Tuhan menyatakan dengan jelas. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26)
Bagi pendidikan Kristen, tujuan belajar murid-murid dalam pengasuhan Kristen sangat jelas, yaitu mandat injili. Tujuannya menjadi murid Kristus yaitu menerima Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan hidup. Bagi saya Christian education adalah aplikasi panggilan iman. Aplikasi yang menyatakan kebenaran bagi banyak orang, khususnya kepada murid-murid yang dipercayakan Tuhan bagi kita. Alkitab menegaskan bahwa “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (1 Yoh. 2:15-18).
Jebakan sekuler dalam pendidikan Kristen, sering berupa filsafat, prinsip, penelitian, quotation, the way of life serta berbagi metodologi pembelajaran dengan filsafatnya. Filsafat-filsafat yang menghidupi keseharian masyarakat dalam berbagai aliran postmodernisme, behaviorisme, humanisme, dan konstruktivisme dalam berbagai media elektronis terus menerus menggerus praksis pendidikan Kristen. “iman” evolusi sangat erat kaitannya dengan dasar-dasar psikologi sekuler dan penelitian pendidikan mewarnai pandangan pendidikan Kristen dalam sekolah Kristen.
Pengaruh penelitian yang merupakan prinsip sekuler antara lain penelitian tentang otak.  Pada tahun 1969 Paul MacLean mengajukan model otak triune yang merupakan cara berpikir evolusi. Ia  menyatakan pandangan otak triune bahwa otak terdiri dari dari tiga tahapan yang berasal dari proses evolusi. Dalam tahap perkembangan, pada mulanya otak reptil (batang), lalu berkembang ke tahapan otak mamalia (limbik) dan otak neokorteks. Menurut teori MacLean, cerebellum dan batang otak terbentuk 500 juga tahun yang lalu. Fungsi dari otak ini bertanggung jawab terhadap pertahan diri, pernafasan dan detak jantung. Sistem limbik terbentuk 250 juta tahun yang lalu. Sistem limbik adalah sistem yang mengatur perilaku atau motivasi, kondisi emosi, serta pembentukan memori. limbik system berfungsi juga mengatur suhu tubuh, tekanan darah, kadar gula darah, dan berbagai aktivitas pengaturan perawatan tubuh kita.
Berbagai jebakan sekuler berupa prinsip-prinsip kehidupan menjadi pendorong dalam kehidupan masyarakat. Berikut adalah pendorong kehidupan berkaitan dengan cara hidup rohani dan cara hidup sekuler, yang berada dalam keseharian hidup:

Life drive berkaitan dengan rohani dan sekuler[2]
Dorongan hidup
Cara Rohani sesuai Firman Tuhan
Cara Sekuler
Pemenuhan spiritual.
Seseorang hanya dapat dipenuhi kepuasan spiritualnya di dalam diri Yesus Kristus (Yoh. 14: 6). Kedewasaan rohani hanya dapat dicapai jika hubungan pribadi seseorang dengan Kristus dalam kasih, kepercayaan, dan ketaatan kepada-Nya

Semua agama mengarah pada tujuan yang sama. Oleh karena itu, setiap orang harus menemukan apa yang terbaik untuknya. Bagi beberapa orang kekristenan baik tetapi tidak semua orang. Beberapa orang akan menemukan bahwa mereka sendiri ilahi dan dapat menemukan makna dari dalam dirinya.
Marriage and family
Allah menciptakan pernikahan sebagai hubungan manusia yang paling penting (Kej 2). Idealnya untuk dapat menikah suatu mutlak "Aku mencintaimu menjadi gambaran yang merupakan cerminan realitas surgawi hubungan antara Yesus dan Gereja-Nya. Kristus akan berdaulat dalam rumah jika rumah adalah semua Tuhan maksudkan.


Sesuatu yang mutlak baru dalam mengikuti pernikahan adalah "Aku mencintaimu untuk saat ini!" Jika pernikahan ini tidak berjalan dengan baik, dapat diakhiri dan dapat mencoba lagi. Terus mencoba sampai kita dapat menemukan hubungan yang terbaik. Manusia dapat mengukur keberhasilan di rumah dengan jenis rumah yang dimiliki, berapa banyak mobil yang dimiliki, dan tempat tinggal lingkungan kita.
Mendidik anak-anak
Anak-anak pekerjaan rumah tugas Allah kepada orang tua. Tuhan mengharapkan setiap orang tua untuk mengikuti petunjuk Alkitab tentang cara mendidik anak. Tujuan pendidikan sejati bagi setiap anak yaitu mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta untuk melayani Kristus dalam hidup dari perspektif Alkitab.
Pendidikan yang "baik"  akan membuat anak-anak bahagia, mereka akan menjadi warga negara yang produktif yang dengan menghargai keragaman, toleransi (kehormatan) dan nilai setiap orang sebagai sama dengan apa yang dimiliki mereka sendiri. Tujuan pendidikan adalah untuk menjdai masyarakat yang sempurna, dan individu untuk mencapai kesuksesan finansial dalam hidup ini.
Tujuan dari pekerjaan
Tuhan menciptakan dan memberikan bakat unik dan kemampuan masing-masing orang. Rencana Allah bagi setiap orang untuk mengembangkan kemampuan mereka dan menerima panggilan Tuhan atas hidupnya. Mereka menggunakan bakat dan kerja kerasnya untuk "menaklukkan dunia" dengan menjadi berkat dan membawa kemuliaan kepada-Nya.
Kita dapat apapun sesuai dengan yang anda inginkan jika hanya bekerja cukup keras. Untuk menjadi sukses dalam pekerjaan, kita harus menaiki tangga perusahaan. Jika kita tidak merasa puas, kita dapat menempatkan lebih banyak waktu dan energi untuk karir kita. Kita mempunyai hak untuk setia kepada diri sendiri, dan menjadi bos atas diri sendiri adalah nilai yang harus diyakini agar menjadi sukses.
Tentang dunia
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang juga makhluk sosial yang membutuhkan persekutuan dengan orang lain dalam keseharian hidup. Setelah menyadari bahwa, sebagai seorang Kristen, ia adalah orang asing di dunia ini karena ia adalah warga negara surgawi, utusan Tuhan. Ia juga memiliki tanggung jawab untuk mencintai dunia ini orang-orang seperti yang Tuhan lakukan.


Setiap orang diciptakan sama dan termasuk keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu, setiap orang harus toleran dan menerima dengan sama setiap orang lain dan nilai-nilainya. Penerimaan keanekaragaman budaya adalah solusi mengatasi perselisihan dalam masyarakat. Harus ada "kesetaraan" dalam lingkungan ekonomi dan faktor sosial bagi semua orang. Hal ini dimungkinkan jika hal ini terjadi bahwa semua orang akan hidup bersama dalam harmoni sosial.

Guru dan mendidik anak-anak
Jebakan sekuler menyusup pelan tetapi pasti, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali kehidupan orang Kristen dan kehidupan mendidik anak-anak Kristen. Sirkulasi sekuler dalam pendidikan Kristen seharusnya dapat diantisipasi bila sekolah Kristen memiliki guru-guru yang terpanggil dalam mewujudkan kasih Tuhan di dalam kelas. Ketika mandat injili diberitakan dalam kelas di saat itulah Firman Tuhan menjadi penyaring dari segala tipu muslihat yang menyimpangkan tujuan Pendidikan Kristen. Panggilan iman para pendidikan adalah perwujudan dari  The Truly Christian School.  Panggilan iman guru Kristen bukanlah panggilan guru yang hanya beragama Kristen tetapi guru yang telah lahir baru, dalam rencana Tuhan. Ia bukanlah sekedar guru yang mencari penghidupan dari profesi mendidiknya tetapi guru yang terpanggil dalam pelayanan pendidikan Kristen. Guru Kristen yang telah lahir baru, guru Kristen yang memberitakan kebenaran firman Tuhan adalah syarat mutlak keberadaan sekolah Kristen. 
Pendidik Kristen merupakan penyangga terhadap jebakan sekuler, guru Kristen adalah mereka yang terus menerus menggali prinsip-prinsip kebenaran Alkitab dalam tugas pelayanan pendidikan Kristen. Mereka membandingkan prinsip-prinsip sekuler dan kekristenan dalam mengelola pendidikan Kristen. Peran menggunakan prinsip pendidikan Kristen dalam proses pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh pemimpin sekolah tetapi setiap penatalayan pendidikan Kristen. Penggalian Firman Tuhan dalam implementasi pendidikan Kristen tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tetapi seseorang yang berada dalam lingkungan sekolah, saya menyebutnya sebagai seorang pendidik.
Pendidikan Kristen haruslah pendidikan yang berkualitas secara akademis, sekolah Kristen haruslah memiliki guru-guru Kristen terus menerus belajar dalam memperbaiki kualitas pembelajarannya, dalam panggilan misi penginjilan. Mereka belajar dengan terus berpegang teguh pada iman untuk berada dalam panggilan Tuhan pada pendidikan Kristen.







[1] Howard Hendricks, Mastering Teaching, 1991, hlm 15

[2] Glen Schultz, Kingdom education, second edition (Colorado Springs: Purposeful Design, 2003), Hlm.101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar