World Class Christian School?
Dr. Khoe Yao Tung, MSc.Ed., M.Ed
Universitas kelas dunia? barangkali istilah
ini sering kita dengar, namun sekolah “berstandar” kelas dunia tidak banyak kita
dengar. Mengapa? Pertama, karena indikator, atribut dan kriteria kelas dunia
tidaklah mudah untuk ditentukan aspeknya, Kedua proses pengukurannya tidak
mudah dilakukan. Ketiga, lembaga survei tidak menggangap penting memberikan peringkat
bagi sekolah karena tidak bernilai ekonomis. Universitas kelas dunia sering
kita dengar berkaitan dengan baiknya kualitas pengajaran dan riset karena didukung
oleh para pengajar dan akademisi terbaik, beberapa diantaranya pemenang hadiah
nobel. Pengajaran dan riset juga didukung oleh fasilitas, laboratorium riset
terbaik, penggunaan ICT yang mendukung proses pembelajaran, termasuk ketatnya
menjadi mahasiswa di institusi tersebut.
Dari seorang rekan seorang pendidik,
saya diberikan informasi bahwa sebenarnya ada kategori sekolah berkelas world class school. Saya terperangah
ketika diberikan informasi di Hawaii terdapat sekolah menengah atas yang berstandar
dunia. Sekolah itu bernama Kamehameha school, bahkan terdapat kindergarten yang berstandar dunia. Kindergarten
itu adalah sekolah Soong Ching Ling[1] sebuah
kindergarten di Taiwan. TK ini
didirikan oleh Madame Sun Yat-sen. Pentingkah sebuah sekolah menjadi sekolah
berstandar dunia? Penting selama visi dan misi sekolah itu menjadi sekolah yang
berstandar dunia. Bagi sekolah Kristen menjadi World Class School adalah sasaran antara bukan tujuan utama. Karena
kehadiran sekolah Kristen adalah mandate injili bukan mandat dunia, kehadiran
sekolah Kristen berfokus pada Tuhan bukan pada dunia. Kehadirannya memang berbeda
dengan dunia (Yoh 15:19). Walaupun ukuran-ukuran dunia dikenakan pada sekolah
Kristen sudah seharusnya sekolah Kristen adalah sekolah yang berkualitas
terbaik.
Suatu ketika dari seorang rekan dalam
lingkungan ACSI (Association of Christian
Schools International) Indonesia, saya diberikan artikel tentang world class education dari perspektif
Kristen. Tetap saja saya bertanya bagaimana mengukur sekolah Kristen dapat
berstatus kelas dunia, hal ini menjadi pertanyaan yang penting. Standar
memberikan kualitas pendidikan yang
excellent sudah seharusnya menjadi kecirian bagi sekolah Kristen, namun
pandangan dunia dan perspektif Kristen adalah dua hal yang berbeda.
Lalu bagaimana visi dan misi sekolah
Kristen? keberadaan sekolah Kristen bukan bertujuan menjadi sekolah berkelas
dunia, tetapi memenangkan dunia bagi kemuliaan-Nya. Kalaupun sekolah Kristen
itu berkelas dunia di mata dunia, itu adalah bonus bagi kemuliaan-Nya. Norman De Jong dalam
Education in the Truth[2] menyatakan kualitas
pendidikan Kristen evaluasinya
dilakukan pada kedekatannya dengan kebenaran Firman Tuhan. Kualitas pendidikan Kristen
sudah seharusnya dikukur dengan worldview
Kristen bukan dengan worldview sekuler. Sekolah Kristen sudah seharusnya memiliki "keunggulan akademik" sebagai salah satu daya tarik dalam penginjilan
karena menarik minat murid-murid di luar Kristen untuk datang ke sekolah
Kristen. Sekolah Kristen harus dikelola dalam totalitas bersandar pada
kebenaran Firman Tuhan.
Dr.
Barrett Mosbacker, Head
of Briarwood Christian School[3] menggunakan istilah kingdom-class¸ yaitu sekolah yang di antara yang terbaik di dunia karena kualitas
akademik
dari dampak yang dihasilkan
dari program
pendidikan Kristen. Sekolah menetapkan standar kualitas pendidikan dan
inovasi dan layak ditiru
oleh pendidik non Kristen dan Kristen. Para
siswa dari sekolah
kingdom-class dilengkapi untuk pengajaran dan pelatihan dalam dunia yang kompetitif. Mereka siap untuk menggunakan pemberian
anugerah Tuhan untuk
memenuhi kedua mandat Penciptaan (Kej 1:26) dan mandate injili (Mat
28:19-20). Sebuah sekolah dengan kingdom
class mengubah kehidupan nya murid
untuk memuliakan Allah melalui komitmen
pengelolannya yang unggul. Sebuah pendidikan kingdom-class meliputi kualitas
yang sesuai dengan program kelas dunia,
tetapi memperdalam mereka untuk menyertakan dengan pandangan dunia alkitabiah. Ini mendidik
pikiran dan jiwa
dan berusaha untuk memuliakan Tuhan, bukan manusia (Kol. 3: 23), sehingga kita menaati perintah
Yesus untuk "Mari cahaya Anda bersinar sebelum
orang lain "(Matius
5:16).
Sekolah Kristen berstandar “worldclass” dalam artian pengukurannya dilakukan dari perspektif
Kristen. Kalaupun dunia mengukur sekolah tersebut memang terbukti kualitasnya memang
demikian adanya, hal itu harus dihasilkan melalui pencapaian berdasarkan
kebenaran Firman Tuhan. Karena pada dasarnya sekolah Kristen tidak diukur
dengan standar dunia, tetapi diukur dari standar kekristenan. Keunggulan worldclass Christian school perlu
menggunakan kata excellent
dibandingkan dengan elitis, kedua kata ini digunakan untuk membedakan digiring
dalam pembedaan arti, excellent dalam
pengelolaan sekolah Kristen harus dilakukan sebagai bagian iman Kristen,
sedangkan kata elitis dalam kualitas dalam perspektif dunia lebih berkonotasi
besar, hebat, mengalahkan yang lain. A.A. Baker dalam bukunya The successful
Christian School[4]
menyebutkan terdapat empat batu penjuru bagi fondasi yang kuat untuk sekolah
Kristen, keempat fondasi itu adalah evangelism
and Spiritual Ministry, Philosophy of education, Academic excellence dan
Maintain high standard of conduct. Salah satunya adalah Academic excellent
sebagai dasar kekuatan dari sekolah Kristen, dan itu dicapai dalam mandat injili.
Kalau dunia mengukur hasil kelulusan semakin
pandai, semakin kompetitif, pendidikan Kristen mengukurnya bagaimana seorang
murid selamat jiwanya. Tuhan Yesus berkata “Apa
gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya."
(Mark. 8:36). Apa gunanya segala sesuatu, kepandaian, kecerdasan,
kekuasaan untuk merengkuh harta dunia untuk ditukarkan dengan maut, kematian
yang kekal? Firman Tuhan berkata: "Dan
dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan
kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Dunia
terus lenyap tertelan keinginannya sendiri, tetapi hanya orang-orang yang
taatlah yang akan hidup kekal selamanya.
[1] Soong Ching-ling (1893 - 1981) adalah
istri kedua dari Sun Yat-sen, pemimpin
revolusi 1911 yang
mendirikan Republik China. Ia
merupakan anggota dari keluarga Soong, yang memainkan peran peran penting dalam politik di China sebelum 1949. Setelah
berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, ia
memegang beberapa posisi penting dalam
pemerintahan baru, dan banyak melakukan perjalanan ke luar negeri selama awal
1950-an, termasuk mewakili kegiatan internasional. Selama
Revolusi Kebudayaan, ia berhasil menyelamatkan diri, dan
jarang muncul setelah tahun 1976. Soong Ching-ling
meninggal
tahun 1981, namun demikian ia tetap diberi
gelar khusus Kehormatan
Presiden Republik Rakyat Cina.
[2] (New
Jersey:P &R Publishing company, 2003) Hlm, 167
[3] Christian School Comment, Volume 47,
Number 4, 2015/2016
[4] Pensacola: A Beka Book, 2001), hlm. 23