Senin, 29 Juni 2015

Growing Greatness in Christian schools



Growing Greatness in Christian schools
 Dr. Khoe Yao Tung, MSc.Ed., M.Ed.

Pernah membaca salah satu buku best seller dunia Good to Great dari Jim Collins? Apa yang dibutuhkan untuk menjadi hebat (great)? mengapa begitu sedikit institusi mencapai hebat? Dalam bukunya Good to Great,  Jim Collins menjelaskan mengapa begitu sedikit institusi yang menjadi hebat, ini disebabkan karena begitu banyak institusi yang baik, mereka puas untuk “cukup mencapai baik” tidak bergerak pencapaian lebih dari itu tidak bertransformasi menjadi “hebat”. Bahkan dalam bahasan bab pertama Collins memberi judulnya bahwa good is the enemy of great. Dalam kalimat pembukanya Collins menyatakan bahwa:
“We don’t have great schools, principally because we have good schools. We don’t have great government, principally because we have good government. Few people attain great live, in large part because it is just so easy to settle for a good life. The vast majority of companies never become great, precisely because the vast majority become quite good-and that it their main problem”[1]
Apa ukuran sebuah institusi pendidikan Kristen itu hebat atau sekedar baik? Gene Frost dalam bukunya Learning from the best[2] menambahkan dimensi spiritual dengan melakukan sejumlah penelitian dari tujuh sekolah Kristen yang dianggap cukup hebat[3]. Frost juga mengadakan studi komprehensif dari berbagai denominasi dan asosiasi-asosiasi sekolah Kristen internasional[4] di Amerika serikat. Ia menyadari bahwa suatu organisasi dari baik untuk menjadi hebat harus bergantung pada Tuhan, hal ini mengingatkan kita bahwa di luar dari Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Alkitab dalam Yoh. 15:5 menyatakan bahwa “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
          Dalam bukunya berjudul Good to Great[5]. Jim Collins menyebutkan terdapat enam prinsip-prinsip utama dalam Good-to-great yaitu:
·       Level 5 Leadership, istilah level 5 adalah sebutan yang diberikan oleh Collins untuk menunjukkan suatu kualitas kepemimpinan dalam level yang tertinggi. Kepemimpinan level 5 adalah kepemimpinan karismatik yang tegas (terbayangkan George Patton dan Donald Trump). Pemimpin membawa perusahaan dari baik menjadi hebat terpadu dengan kerendahan hati dan tekad yang tak henti-hentinya. Mereka konsisten memberikan semua apresiasi, kredit dan bahkan menerima semua kesalahan yang dilimpahkan untuk suatu tujuan agar menjadi hebat.
·       First Who, Then What, kebijaksanaan konvensional adalah tata letak pertama suatu perencanaan yang kemudian menemukan orang yang tepat untuk melaksanakan rencana tersebut. Collins menemukan bahwa rencana yang besar akan terwujud hanya ketika kita mendapatkan orang-orang hebat. "siapa" orang yang tepat harus tersedia yang pertama. Kemudian mereka akan membuat "apa" dari rencana yang tepat.
·       Confronting the Brutal Facts, menghadapi suatu kejadian yang buruk, organisasi harus tetap bersikap positif. Sikap yang tetap memberikan keterangan atas berita buruk yang perlu ditangani. Collins menemukan bahwa hanya ketika kita memperhatikan berita buruk, menganggapnya serius, dan menghadapinya tanpa berfokus menyalahkan orang lain. Kita akan dapat menemukan jawaban yang tidak hanya memecahkan masalah tetapi membawa kesuksesan.
·       The Hedgehog[6] concept
Sukses bisnis sering dikaitkan dengan kecerdikan, kekuatan dan efektivitas. Namun Collins memilih simbol landak,  untuk melakukan sesuatu hal yang baik untuk dapat menghalanginya musuhnya setiap waktu. Landak dapat menggulung seperti bola dan menggunakan durinya yang tajam pada kesempatan yang tepat. Perusahaan yang  hebat memiliki bakat luar biasa untuk memahami apa yang baik padanya dan berpegang teguh pada itu. Collins membuktikan bahwa  perusahaan hebat yang benar-benar baik dapat menemukan bahwa hal yang baik ("prinsip landak") dari kompleksitas tiga hal yang sangat berbeda: yang paling mereka paling sukai, yang palint terbaik dari kompentensi mereka, dan sumber daya yang paling mereka miliki.
·       Technology accelerators, Collins membedakan teknologi yang dapat menciptakan momentum dan teknologi yang dapat mempercepat momentum. Teknologi yang menciptakan momentum memiliki periode pendek dan menciptakan jenis perubahan seperti ledakan dot com yang keciriannya mudah digantikan dengan terobosan teknologi berikutnya. Teknologi sebagai alat untuk mempercepat momentum yang seperti hedgehog concept yang menyebabkan perubahan yang lebih lama.
·       The flywheel – seperti roda gila, perusahaan beralih dari good-to-great yang dipelajari Collins telah menghabiskan banyak waktu awal untuk  bergerak agar menggulirkan usaha yang baik. Berkat tekanan tak henti-hentinya (terus melakukan hal yang benar), roda mulai berputar dari waktu ke waktu sampai menjadi hampir tak dapat terbendung. Analogi ini tampaknya menjelaskan kurva keberhasilan perusahaan good-to-great.
Gene Frost dalam bukunya Learning from the best memberikan dimensi lain dari prinsip-prinsip good-to-great  Jim Collins. Frost mengambil prinsip-prinsip dari kebenaran Alkitab berkaitan dengan membesarkan sekolah menjadi sekolah unggulan, ia menuliskannya dalam buku Growing Greatness in Christian schools
·       Servant leadership sebagai ganti dari Level 5 Leadership. Servant leadership adalah pemimpin yang melayani, pemimpin yang rendah hati tetapi menentukan standar yang tinggi dan setiap orang ingin melayani untuk sukses bersamanya. Servant leadership menyiapkan penerus untuk kesuksesan organisasi, dengan tiga kecirian, kerendah-ha tian, keinginan, dan melayani di bawah kendali Tuhan. Pemimpin yang hebat menyadari mereka tidak dapat menjalankan sekolah yang hebat tanpa orang-orang hebat. Engan pemikiran tersebut, kita akan melangkah dari prinsip good to great, mencari orang-orang yang tepat dan menenpatkannya dalam posisi yang tepat.[7]
Keinginan profesional
Kerendahan hati Pribadi
Menciptakan hasil yang unggul, katalis yang jelas dalam transisi membentuk good to great.
Menunjukkan ketulusan, kerendahan hati dengan menghindari pujian berlebihan masyarakat.
Menunjukkan tekad yang teguh untuk melakukan apapun yang harus dilakukan untuk menghasilkan yang terbaik bagi suatu hasil jangka panjang, siap menghadapi tantangan yang sulit.
kepemimpinan tenang, tekad menjalankan dengan bergantung pada standar, ketulusan, motivasi dan  tidak inspirasi karisma.
Menetapkan standar untuk membangun perusahaan hebat yang kuat dan kokoh.
Ambisi membesarkan perusahaan dan bukan diri sendiri; menyiapkan penerus untuk keberhasilan yang lebih hebat pada generasi berikutnya.
Melihat cermin, bukan melihat ke luar jendela, untuk membagi tanggung jawab atas hasil yang buruk, tidak pernah menyalahkan orang lain, faktor eksternal, atau nasib buruk.
Melihat ke luar jendela, bukan ke cermin, tujuannya membagi kredit dan apresiasi bagi keberhasilan perusahaan, orang lain, faktor eksternal, dan keberuntungan.

Prinsip-prinsip Alkitab yang terdapat dalam Good-to-great berhubungan dengan kepemimpinan servant leadership. Sekolah Kristen harus memiliki perangkat baik menjadi hebat dengan prinsip kepemimpinan “servant leadership”. Suatu kepemimpinan yang diteladani oleh Tuhan Yesus (Yoh. 13)
·       The Importance of the Teacher in the Christian School Enterprise sebagai ganti dari First Who, Then What.
Pentingnya guru dalam sekolah Kristen dicontohkan ketiaka Wheaton Academy mencari Christ-like model untuk guru dan murid-muridnya. Guru-guru dapat merefleksikan misi sekolah untuk kualitas unggul, relasi dan pelayanan. Dalam kitab 1 Korintus, Paulus mengingatkan kita agar  menjadi pengikutnya seperti Paulus mengikuti Kristus. Hal ini harus harus berlaku sebagai guru. Guru adalah pemimpin yang harus memberikan contoh bagaimana meereka berusaha untuk mengajar. Mereka adalah guru-guru yang dipimpin oleh roh kudus. Paul W. Cates[8] dalam A Christian Philosophy of Education menyatakan terdapat enam kualifikasi sebagai guru Kristen.
-        Guru adalah komunikator kebenaran, terbuka dan berkarakter Kristen yang kuat.
-        Setiap guru harus memahami Alkitab, karena Firman Tuhan adalah  sumber kebenaran yang relevan untuk setiap subjek pelajaran.
-        Guru Kristen adalah guru yang berkomitmen menjalankan kebenaran dalam setiap aspek kehidupan dan pekerjaan,
-        Guru adalah pembelajar seumur hidup yang selalu mencapai keunggulan bagi kemuliaan Allah, dan seorang guru Kristen harus hidup berkecukupan dari keunggulannya ini
-        Guru Kristen adalah guru yang mencintai murid-muridnya, mencari jalan kebaikan ketika mereka menghadapi kesulitan dan memahami mereka.
-        Guru Kristen berserah pada Tuhan sebagai gembala agung, selalu  menurutui firman Tuhan, mendengarkan suara Tuhan dan Roh Kudus, mengajarkan kebenaran Firman Tuhan dalam setiap subjek pelajaran

Roy Zuck[9] membantu kita untuk  mengingatkan guru Kristen pada harapan yang dibebankan padanya berkaitan dengan pendidikan Kristen.
  1. Pendidikan Kristen adalah tugas spiritual  (supranatural task). Kehadiran Roh Kudus dalam proses pembelajaran menunjukkan ahwa pendidikan Kristen lebih dari sekadar kurikulum, metodologi, dan teknik.
  2. Guru Kristen adalah seorang yang mengandalkan bimbingan dan arahan dari Roh Kudus. Guru harus tunduk dan bergantung sebagai rekan sekerja Allah.
  3. Guru berhubungan Firman Tuhan untuk  memberikan pengalaman kepada murid-muridnya. pemahaman murid yang tepat berasal dari karya Roh Kudus dengan penyediaan guru Kristen.
  4. Guru memberikan arahan dan roh Kudus yang bekerja dalam pertumbuhan spiritual murid. Seorang guru harus terus-menerus menguji ajarannya untuk melihat apakah itu mengakibatkan pertumbuhan rohani pada bagian muridnya.
  5. Guru harus menyadari bahwa guru yang sesungguhnya adalah Allah, menjadi alat bagi tugas menanam dan menyiram pertumbuhan muridnya. Efektivitas spiritual kerja guru sepenuhnya bertumpu pada bimbingan roh kudus.

·       Being Honest About the Difficulties
Being honest about the difficulties sebagai ganti dari Confronting the Brutal Facts memberikan pandangan menghadapi brutal facts tidak sama dengan mencari kesalahan, Collins menawarkan empat struktur dalam menghadapi kejadian-kejadian buruk yaitu:
-          Memimpin dengan pertanyaan, bukan jawaban
-          Terlibat dalam dialog dan debat, bukan memaksakann
-          Melakukan otopsi tanpa menyalahkan.
-          Membangun mekanisme red-flag yang mengubah informasi menjadi informasi yang tidak dapat diabaikan
Alkitab dalam 2 Korinstus 4:17-19, menyatakan bahwa “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal  yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”

·       The Centrality of Mission to the Christian School
Konsep Hedgehog Collins, dimodifikasi oleh Forst dengan memadukan tiga entitas penting yaitu passion, being the best dan resources. Ketiga entitas ini memiliki himpunan yang saling beririsan satu sama lain dengan irisan pusat adalah pusat atau sentralitas perwujudan misi sekolah Kristen. Passion dari sekolah Kristen harus berpusat pada pencapaian misi, keunggulan academik, fasilitas yang lengkap dan baik, pencapaian proses akademik yang baik harus berpusat pada pencapaian misi dan visi sekolah Kristen. Lutheran High School memulai rapat kerja dan rapat koordinasi dengan selalu membacakan pernyataan misi untuk mengingatkan betapa pentingnya misi sekolah untuk diwujudkan. Being the best berisi orang-orang dan program sekolah unggulan yang dijalankan oleh sekolah. Wheaton Academy menempatkan orang-orang yang terpanggil untuk tujuan misi, mereka adalah guru-guru yang merefleksikan nilai keunggulan, pelayanan dan relasi yang kuat semuanya bagi kemuliaan Tuhan. Resources adalah sumber daya terkait pendanaan dalam mengerjakan semua pekerjaan terbaiknya dengan anggaran budget yang seimbang. Bruce Lockerbie[10] dalam manual unggulannya “From Candy sales to Committed Donors” mengingatkan bahwa sekolah Kristen yang melakukan pekerjaan yang luar biasa membutuhkan dukungan pengembangan keuangan yang kuat. Beberapa sekolah membebankan kenaikan 5% dari total biaya yang dibayarkan murid bagi penyediaan program beasiswa. Namun kondisi keuangan yang berbeda dengan hal yang dilakukan di sekolah di Amerika. Bagi sekolah-sekolah swasta Kristen di Indonesia, biaya yang dikeluarkan orangtua dalam bentuk uang sekolah digunakan bagi operasional keseharian sekolah, sedangkan uang sumbangan yang dibebankan orangtua agar anaknya dapat masuk ke suatu sekolah, digunakan untuk pengembangan sekolah, pembangunan sekolah, pembangunan sumber daya manusia dan fasilitas persekolahan. Komitmen dan disiplin menjalankan ketiga entitas passion, being the best dan resources adalah bukti untuk membesarkan sebuah sekolah Kristen menjadi hebat.

·       Accelerators of success
Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi inflrormasi akan dapat membantu guru  mengajar lebih efektif dan efisien, namun tanpa adanya guru yang dapat menguasai penggunaan teknologi tersebut , teknologi itu sekedar alat bantu yang tidak dapat berbuat banyak. Keberadaan teknologi bukan saja menambah nilai komersialiasi suatu sekolah namun memberikan komitmen professional tugas pendidikan. Pengadaan teknologi tidaklah dapat menggantikan seorang guru. Collins menambahkan terdapat tiga faktor utama sebagai fungsi percepatan sukses. Tidak seperti teknologi, fungsi tersebut memiliki potensi penggerak kesuksesan. Ketiga faktor Akselerasi sukses sebagai ganti dari technology accelerators itu adalah pengembangan kurikulum (curriculum development), panduan sekolah (college guidance) dan keterlibatan orangtua (parent involvement). Curriculum development menyediakan kurikulum juga bertanggung jawab pada materi pelatihan dan mengimplementasikan filsafat pendidikan di sekolah dan kesemua kurikulum integrasi Christian Worldview. College guidance, dapat memberikan value added berupa administrasi, panduan, prosedur, yang menjadi percepatan di tangan orang yang tepat.
Barangkali Parent involvement dapat menjadi percepatan sukses yang terbesar, relasi dan keterlibatan yang sehat serta positif akan memberikan dukungan bagi keberhasilan pendidikan anak-anaknya.
·       The Power of Doing the Right Things the Right Way Over Time.
Komitmen ini sebagai ganti dari The flywheel model Collins. Frost memberikan implementasi Wheaton Academy “policing themselves” diantara murid-murid mereka karena pentingnya mengerjakan sesuatu dengan benar dengan cara yang benar dan tekun. Wheaton Academy memiliki suatu peraturan yang diimplementasikan sebagai tanggung jawab (from rulses to responsibility), dan King’s Academy dari suatu pendisiplinan pengurangan nilai menjadi suatu relasi (demerit to relantionship).

Penutup
Terlepas dari the Search for Greatness Christian School, pencapaian dari suatu pelayanan yang hebat, bukanlah untuk memegahkan diri, bukanlah untuk suatu kemasyuran namun perluasan pelayanan pendidikanbagi mandat injili, suatu panggilan sekolah Kristen bagi kebesaran kerajaan Surga. Firman Tuhan dalam Matius 20:26-28  menyatakan bahwa  “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."



[1]     Jim Collins, Good to Great (New York: Harper Business, an Imprint of Harper Collins Publishers, 2001), hlm.1
[2]     Gene Frost, Learning from the Best (Grand Rapids, Michigan: CSI and Colorado Springs: ACSI publisher, 2010), hlm.11
[3]     Ketujuh sekolah tersebut adalah Wheaton Academy, Illinois; Westminster Christian Academy, Missouri; Bellevue Christian High School, Washington; First Presbyterian Day school, Georgia; Annapolis Area Christian School, Maryland; Cincinnati Hills Christian Academy, Ohio; The King’s Academy, Florida.
[4]     Association of Christian School International (ACSI), Christian School Internasional (CSI), Association of Lutheran Secondary Schools; Seventh Day Adventist Nort American Office of Education; National Catholic Educational Association; Paidea, Inc; National Association of Episcopal Schools.
[5]     Jim Collins sepeti yang dikutif Gene Frost, hlm 17-18
[6] Landak, mamalia dengan kulit berduri dipunggungnya. Kita melihat analogi kecerdikan dan keefektifan kerja dari landak dalam mempertahankan hidup
[7] Frost, hlm 25
[8] http://www.transformingteachers.org
[9] Zuck, Roy B. The Holy Spirit in Your Teaching, 1963, hlm. 167-168
[10] Pendiri Paideia, Inc, salah satu tokoh dan penulis buku pendidikan Kristen