Kamis, 17 Maret 2016

Biologi dan Iman Kristen




Biologi dan iman Kristen
Dr. Khoe Yao Tung, M.SC.Ed, M.Ed.


Biologi dalam worldview Kristen harus dimulai bahwa semua makhluk hidup yang ada diciptakan oleh Allah pencipta, khalik langit dan bumi. Pengakuan iman “In the beginning, God created….” merupakan pintu masuk menuju jendela pengetahuan. Louis Pasteur (1822-1895) adalah ilmuwan kimia dan biologi yang meletakkan dasar-dasar mikrobiologi yang menemukan bakteri penyebab penyakit, pasteurisasi dan menemukan vaksin bagi pencegahan penyakit.  Pasteur adalah ilmuwan yang mendasari ilmu biologinya berdasarkan kebenaran firman Tuhan, ia menolak teori kehidupan yang berlangsung spontan atau abiogenesis. Awalnya masyarakat di zamannya berpikiran bahwa munculnya bakteri, kodok, tikus berasal dari lumpur basah secara spontan, hal ini mirip dengan belatung yang bisa muncul dari daging membusuk, lalat bisa muncul dari kotoran dan mikroorganisme bisa muncul dalam cairan nutrisi direbus. Pasteur melihat masalah ini melalui jendela iman bahwa Tuhan adalah pencipta kehidupan.[1] Ia meyakini bahwa kehidupan lebih dari sekedar reaksi kimia. Melalui imannya Pasteur yang ahli mikrobiologi dan kimia menunjukkan bahwa kehidupan tidak mungkin berasal dari benda mati. Adapun kemunculan yang dikirakan “spontan” adalah hasil kontaminasi bakteri yang ada di dalam udara, atau cairan sebelumnya.
            Carolus Linnaeus (1707-1778) adalah ilmuwan naturalis Swedia yang mengembangkan sistem taksonomi binomial (binomial nomenclature) dalam bahasa latin untuk dapat mengklasifikasikan dan mengorganisasikan tumbuhan dan hewan dalam nama genus dan spesies. Pada tahun 1758 ia memperbarui edisi buku klasifikasi Systema Naturae yang kesepuluh dan untuk pertama kalinya ia  mengklasifikasikan manusia sebagai Homo sapiens. Linnaeus terinspirasi dari sistem klasifikasi yang diyakini dalam imannya bahwa Tuhan adalah pencipta keberagaman dari makhluk hidup. Imannya dalam Tuhan sebagai pencipta semua mahkluk hidup meyakinkan dirinya bahwa ada karakteristik umum dari kemiripan jenis keberagaram mahkluk hidup sehingga memungkinkannya untuk dapat mengklasifikasikan mereka. Linnaeus yang dinobatkan father of taxonomy menjadi profesor botani di universitas Uppsala telah menggunakan jendela iman dalam melihat keberagaman realitas ciptaan Tuhan.
            George Washington Carver (1864-1943) adalah ilmuwan agrikultur orang Amerika keturunan Afrika. Carver menciptakan banyak inovasi olahan makanan dari kacang-kacangan, produknya beragam membuat keju, susu, coklat, tinta, plastik, sabun dan seterusnya semuanya berasal dari kacang. Inovasi Carver meliputi penggunaan penyegaran untuk menyuburkan tanah dengan crop rotation, menggunakan daun sayur sebagai pupuk alam, meningkatkan diet dengan tiga M (Meat, Meal, and Molasses) dengan sayur dan buah-buahan. Awalnya terdapat produksi kacang yang begitu meningkat dan melimpah, sampai pasar tidak dapat menyerap hasil melimpah dari produksi kacang. Namun Carver terinspirasi dengan firman Tuhan sehingga memampukannya untuk terus berinovasi, “Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu” (Kej 1:29). Carver melihat kacang-kacangan untuk diolah menjadi berbagai macam makanan sebagai mandat yang diberikan oleh Tuhan, ia melihat sebagai penatalayan Allah dalam mengelola bumi dan menjadi berkat bagi sesama.

Biologi dari perspektif Kristen
Biologi adalah ilmu yang mempelajari, mengamati, mengeksplorasi segala mahkluk hidup yang merupakan karya ciptaan Allah. Sebagai pendidik Kristen, guru dipanggil untuk membimbing murid untuk menemukan kebenaran dan kedaulatan Allah melalui mahkluk ciptaan-Nya. Pembelajaran ilmu biologi tidak sebatas mempelajari tentang makhluk hidup dan alam melainkan menjadi wahana bagi murid-murid  untuk mengenal hubungan antara Allah, dirinya sendiri, dan alam sekitarnya. Biologi dapat menjadi bagian dari usaha manusia untuk menjalankan mandat budaya yang Allah bagi kesejahteraan seluruh makhluk hidup di dunia.
Prinsip iman Kristen dalam proses pembelajaran biologi adalah mengakui kedaulatan Allah sebagai pencitpta dari semua realitas dunia ciptaan. Sebagai Pencipta, Allah adalah sumber dari segala sesuatu yang ada di dalam rencana-Nya (Ibr.1:2-3; 11:3). Guru Kristen perlu menanamkan iman pada murid-muridnya akan Allah pencipta, Allah penebus, sehingga mereka dapat memiliki perspektif yang benar terhadap semua karya ciptaan Allah dan dapat mensyukuri pemeliharaan-Nya. Pembelajaran biologi harus membawa murid-muridnya tunduk kepada kedaulatan Allah dan memanfaatkan pengetahuan biologi bagi kemuliaan-Nya.
Pembelajaran biologi harus mengarahkan murid-murinya untuk memahami panggilan orang untuk memulihkan ciptaan, bukan merusak atau menyimpangkan tujuan awal ciptaan. Pengembangan biologi harus didasarkan pada kebenaran firman Tuhan, kita dipanggil untuk menggali, mendalami, dan mempelajari prinsip-prinsip firman Tuhan berdasarkan konteksnya. Pendidik Kristen dipanggil untuk mengungkapkan latar belakang pemikiran, memberi pertimbangan dan evaluasi terhadap penggunaan ilmu biologi, karena pengembangan keilmuan biologi terus berkembang mempengaruhi kehidupan manusia. (Ef.5:11-13).

Tekanan evolusi
            Pada tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan bukunya yang berjudul On the Origin of Species by Mans of Natural Selection setelah lima tahun perjalanan penelitian di Amerika Selatan, dan beberapa pulau di lautan Pasifik, dengan HMS beagle. Darwin terinspirasi karya pengacara dan ahli geologi Charles Lyell yang menerbitkan buku yang berjudul Principles of Geology mengenai prinsip-prinsip uniformity. Prinsip yang dikemukakan Lyel mempengaruhi Darwin, Lyel menganut ide materialistik yang  menyatakan bahwa the present is the only key to the past, berbeda dengan para pendiri sains modern, para pendidik Kristen berprinsip pada The past God’s account of the creation is the key to an understanding of the present.[2]
Pandangan evolusi tidak saja berdampak pada ilmu biologi namun menyangkut berbagai aspek sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Gejala-gejala yang sangat menakutkan telah terjadi di sekolah-sekolah Amerika serikat belakangan ini, dengan maraknya penyerangan senjata otomatis, kekerasan antar siswa, seks bebas, narkoba, gaya hidup hedonisme, konsumerisme, dan perilaku mengimitasi tingkah laku hewan. Evolusi sudah menyamakan status manusia yang tidak lain adalah  hewan, hasil evolusi dari hewan dari tingkatan hewan yang tergolong “sederhana” ke hewan yang lebih kompleks.

Tekanan evolusi terhadap perkembangan ilmu biologi, telah membuat eksperimen biologi berlaku sama untuk semua hewan termasuk manusia. Manusia dipandang sebagai hewan dengan tingkatan evolusi tertinggi. pandangan evolusi tidak saja berdosa terhadap kedaulatan Allah tetapi merupakan pemberontakan terhadap Allah pencipta. Teori evolusi bukan lagi sekedar teori yang melawan doktrin penciptaan akan tetapi berubah menjadi doktrin evolusi. Tak berlebihan bila disebutkan bahwa evolusi adalah iman kepercayaan itu sendiri. Percobaan-percobaan Bioteknologi dalam bentuk rekayasa genetika, rekayasa DNA, RNA, cloning, transgenetik, eugenics tidak lagi mengindahkan norma, etika, dan natur mahkluk hidup sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Walaupun ada campur tangan Tuhan dalam setiap kehidupan, namun mereka tidak lagi melihat anugerah Tuhan dalam proses penciptaan. Mereka tidak lagi melihatnya dari prinsip dan perspektif Kristen dalam mandat budaya bagi kehidupan mereka.  Salah satu situs yang menarik dikunjungi adalah explorationfilms.com, situs ini menyajikan film-film kehidupan alam, keajaiban dunia hewan dari perspektif Alkitab, sebuah sajian yang meneguhkan iman Kristen.

Penutup
Pengetahuan Biologi harus dimulai dari iman bahwa segala makhluk dan alam semesta diciptakan oleh Allah yang berdaulat. “Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. “Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu” (Yes. 64:8). Manusia yang oleh anugerah Tuhan dalam karya penebusan Kristus kita diselamatkan. Herman Bavinks mengatakan bahwa Grace restore nature, anugerah Kristus memulihkan alam ini, hubungannya integral dan bukan dualistik. Selanjutnya ilmu biologi merupakan salah satu sarana kita memahami rencana Tuhan dalam kehidupan manusia, memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
Saya terkesan dengan “apologetika” dari buku teks biologi kelas tujuh, terbitan A Beka Books berjudul “Science, order and reality”. Pada buku tersebut terdapat bagian bahasan yang berjudul A Christians’s Faith, pembelaan argumentasinya menjelaskan pertanyaan What I believe and why, What I Believe about creation, Why I do not believe in evolution. Saya mengutip langsung salah satu bahasan dalam Christian’s Faith “God plus Nothing equal Everything, dan Man plus Nothing equal Nothing.”





















[1] David S. Dockery, Gregory A. Thornbury, Shaping A Christian Worldview (Nashville, Tennessee: Broadman and Holman Publisher, 2002), hlm.141
[2] Laurel Hicks, Delores Shimmin, et al.  Science, Order and Reality (Florida, Pensacola: A Beka Book, 1996), hlm. 365-393