Sabtu, 06 Agustus 2016

Kimia dan Panggilan Iman Kristen



Kimia dan Panggilan Iman Kristen
           Dr. Khoe Yao Tung, MSc.Ed, M.Ed

Saya sering mendengar pendapat dari para pendidik Kristen bahwa ilmu eksak dan ilmu-ilmu sains termasuk ilmu kimia adalah ilmu yang netral. Disebut netral karena tidak ada hubungan dan sangkut paut iman dengan ilmu pengetahuan. Kekristenan dan ilmu-ilmu sains tersebut berjalan menurut jalannya masing-masing. Pendapat dan pemikiran tersebut telah tercemar dalam dosa, pendapat yang disebabkan pemberontakan manusia. Dalam perspektif Kristen semua bidang keilmuan adalah bagian dari realitas ciptaan Allah. Semuanya telah tercemar dalam dosa, hanya karya penebusan dalam Tuhan Yesus Kristus dosa manusia dipulihkan. Tanpa ada penebusan, tidak ada yang netral dalam kehidupan iman Kristen, termasuk kehidupan, karir dan bidang keilmuan. Tidak ada yang netral dalam struktur dan arah untuk memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama.
            Ketika Allah menciptakan manusia, Allah memberikan manusia suatu mandat untuk menguasai bumi (Kej. 1:26), mengusahakan, dan memeliharanya (Kej. 2:15). Alkitab mengingatkan pesan tersebut “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Maz. 8:4-5). Mandat ini diulangi pada Nuh di dalam Kejadian 9, manusia perlu memahami, melestarikan, dan mengelola ciptaan Tuhan dalam bentuk pelayanan terhadap sesama dan untuk kemuliaan-Nya. Mempelajari ilmu sains dan kimia merupakan panggilan bagi orang Kristen untuk memenuhi mandat tersebut. Karya ilmuwan kimia Kristen merupakan upaya yang lebih luas untuk membawa semua aspek realitas penciptaan dibawah kekuasaan Kristus. Sebagaimana ada tertulis, “Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Kor. 10:5). Karya ini mempunyai sisi positif dalam usaha kita untuk memahami semua yang kita pelajari tentang dunia dalam hubungannya dengan Tuhan dan kedaulatan-Nya.
Kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika, dan energetika materi. Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Materi merupakan bahan penyusun alam semesta, dengan iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3). Jonathan Edwards mengungkapkan bahwa “God’s excellence, his wisdom, his purity and love, seemed to appear in everything; in the sun, moon and stars; in the clouds and blue sky; in the grass, flowers, trees; in the water, and all nature; which used greatly to fix my mind.”[1] Dalam perspektif Kristen semua unsur pembentuk alam yang terdiri dari 92 unsur, adalah unsur pembentuk materi yang merupakan realitas Allah membentuk semua kreativitas ciptaan-Nya, Allah membentuk semua molekul dalam berbagai bahan dalam kreasinya, Allah membuat kreasi benda dengan karbon dengan kreativitas yang luar biasa,
            Apa yang dikatakan oleh para ahli kimia sekuler yang terlalu sibuk dengan ilmu kimianya?[2] Mereka menjelaskan bahwa semua unsur adalah bangunan pembentuk dalam proses penciptaan alam semesta, mereka tidak mengenal pekerjaan yang dibuat dalam karya Allah pencipta, bahkan berpikir bahwa alam semesta terbentuk sendirinya dengan unsur-unsur tersebut. Kimiawan ateis jelas tidak mengenal Allah, mereka hanya mengenal unsur pembentuk dalam setiap benda. Mereka hanya memahami semua benda berasal dari bentukan unsur-unsur alam yang ada.
Pemahaman Ilmu kimia tidak boleh terlepas dari Allah pencipta, tidak boleh terlepas dari realitas ciptaan Allah, tidak boleh terlepas dari kedaulatan Allah, dan tidak boleh terlepas dari kebenaran Allah. Kimiawan hanya mampu memahami dan menguji fenomena alam secara sistematik, merumuskan model, konsep, dan menurunkan hukum dan teori dari hasil pengamatan dan analisisnya. Seluruh fenomena terstruktur oleh Allah sendiri dan masing-masing mempunyai makna sebagai karakteristik ciptaan Allah. Kimiawab menguji fenomena alam dalam usaha untuk menyingkapkan makna ciptaan, sehingga kita memperoleh pemahaman yang lebih dalam  dari perspektif kebenaran Allah sebagai pencipta.
            Pemberontakan manusia terhadap Allah, mengakibatkan manusia berada dalam dosa, bahkan dengan arah melawan kebenaran Allah, manusia menyakini keterbatasan inderanya mampu mengungkapkan “kebenaran” yang melawan kebenaran Allah. Penyanggahan kebenaran Allah dilakukan oleh Francis Crick, ilmuwan yang terkenal dengan “temuan” struktur molecular DNA, dalam papernya tahun 1994 berhipotesis bahwa ketika kita mengalami kegembiraan dan kesedihan, ketika kita mengalami kenangan dan mengejar ambisi, rasa identitas pribadi dan kehendak bebas, pada kenyataannya tidak lebih dari perilaku yang berkaitan dengan reaksi sel syarat dan melekul-molekul terkait, “…kita tidak lebih hanyalah sekumpulan neuron”[3]. Crick menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat ukur yang mahatahu akan semua hal. Penyangkalan terhadap iman akan kebenaran hidup yang kekal dipertegas Crick, ketika ia menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menerima pemahaman akan hidup kekal sebagai kebenaran adalah melakukan analisis ilmiah terhadap hal tersebut.
            Ilmu kimia terus berkembang, seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pendukung. sehingga pengetahuan yang didapat dalam ilmu kimia bukanlah suatu kesimpulan tetap. Kimia tidak dapat mencari penjelasan terakhir, karena setiap hukum ilmiah tunduk dengan konsisten, koheren dan validasi ilmu itu sendiri, tidak ada kebenaran tetap didalam ilmu kimia. Terdapat tiga alasan yang mendasari kenapa kimia bukanlah suatu kebenaran tetap. Pertama, aspek ciptaan yang dipelajari didalam kimia bersifat terbatas, karena banyak aspek yang berada diluar wilayah kimia. Sehingga “gambar” ciptaan hasil interpretasi kimia bersifat parsial dari keseluruhan “gambar” sebenarnya dari ciptaan Allah. Kedua, ilmu kimia banyak berkaitan dengan model, teori, dan penjelasan. Model ini tidak dapat diuji secara langsung. Model cenderung didukung oleh pengamatan langsung, atau untuk membawanya pada perbaikan model, karena sesungguhnya model itu sendiri berada diluar wilayah realitas pengamatan. Karena bersifat dukungan dari pengamatan langsung, maka suatu model atau teori hanyalah suatu konsep dengan dianggap mewakili kebenaran sementara. Ketiga, natur keberdosaan manusia itu sendiri. Ilmu kimia merupakan bagian dari kebudayaan manusia, yang tidak terlepas dari keberdosaan manusia. Ilmu kimia sangat tergantung pada data empiris dan analisis yang selalu terbuka akan adanya kesalahan. Manusia dapat melakukan kesalahan karena keterbatasan inderanya dan natur keberdosaan dalam interpretasi analisis data penelitian yang didapat.
     Allah mengetahui keseluruhan kebenaran tentang ciptaan-Nya. Oleh karena itu, pernyataan yang diperoleh dari pemikiran manusia yang berdosa, hanyalah perkiraan yang lebih baik dan lebih buruk dari apa yang sebenarnya dianggap “benar”. Prof H. Enoch dari University of Madras South India menuliskan kata mutiara dalam Christianity Today[4] sebagai berikut: “Science has no explanation for the origin of matter and only speculation for the origin of live. After more than thirty years of teaching, I have come to the settled conviction that no established fact of science contradicts the Bible.”
     Allah menciptakan energi dan alam semesta, termasuk unsur-unsur bagi pemeliharaan hidup manusia. Beberapa unsur sudah disebutkan dalam Alkitab pada berbagai peristiwa dan narasi Alkitab antara lain[5]: Antimoni (Yes 54::11, NASB), tembaga (Ezr. 8:27, Mat 10:9), intan (Yer 17:1), Emas (Kel 25-28), besi (Kej 4:22), timah hitam (Kel 15:10), Perak (emas, besi, batu sekaligus dalam Ayub. 28:1), timah ( Bil 31:22) dan belerang (Kej 19:24). Perkembangan pengetahuan dalam menyusun unsur-unsur pembentuk kimia melalui scientific inquiry berhasil memetakan unsur-unsur dalam susunan berkala. Namun sewaktu-waktu tabel tersebut dapat berubah karena penambahan unsur pembentuk atau unsur buatan yang ditemukan lagi. Berikut ini merupakan sejarah pengetahuan yang “hanya” memetakan letak unsur-unsur dalam suatu tabel, sudah menyita begitu banyak pemikiran dan eksperimen dari realitas  yang diciptakan Allah.
Awalnya unsur-unsur digolongkan ke dalam unsur logam dan nonlogam. Beberapa unsur memiliki sifat logam, yaitu dapat menghantarkan listrik dan panas. Umumnya logam merupakan benda padat kecuali air raksa, yang nampak mengkilap. Unsur lainnya bersifat nonlogam yang merupakan unsur yang sukar menghantarkan listrik dan panas, serta tidak mengkilap. Penggolongan ini kurang memuaskan karena adanya unsur-unsur yang mempunyai sifat antara logam dan nonlogam seperti silikon, arsenik, dan antimoni (stibium) dan disebut unsur-unsur metaloid. Kemudian pada tahun 1829 Wolfang Dobereiner, menggolongkan unsur-unsur berdasarkan kesaamaan sifat. Masing-masing kelompok terdiri atas tiga unsur yang disebut triad. Dalam satu triad massa atom relatif unsur yang terletak di tengah merupakan harga rat-rata massa atom relatif unsur yang pertama dan ketiga. Penggolongan Triad Dobereiner menitikberatkan hubungan masing-masing unsur dalam triad namun tidak berhasil menjelaskan hubungan antara triad yang satu dengan yang lain. Pada tahun 1865, John Newland menyusun daftar unsur yang lebih banyak melibatkan unsur-unsur yang sudah dikenal pada saat itu. Susunan Newland dinamakan susunan Oktet Newland. Susunan Oktet Newland menyatakan bahwa: Jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur kedelapan.
Selanjutnya pada tahun 1869 Dmitri Ivanovitch Mendeleeff menyusun daftar unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom dan kemiripan sifat. Adapun hukum periodik Mendeleef menyatakan bahwa: bila unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka sifat unsur akan berulang secara periodik. Susunan Mendeleef ini merupakan sistem periodik pertama yang sering disebut sistem periodik unsur bentuk pendek. Susunan Mendeleef juga telah mengenal adanya lajur tegak yang disebut golongan dan lajur mendatar yang disebut periode. Selanjutnya susunan berkala unsur-unsur Mendeleeff diperbaiki oleh H.G.J. Moseley, sekitar tahun 1940an. Moseley menemukan kekeliruan dalam susunan berkala Mendeleeff, karena ada unsur yang susunannya terbalik letaknya. Moseley menemukan bahwa keperiodikan sifat tidak didasarkan pada massa atom, tetapi didasarkan pada nomor atom atau muatan inti. Susunan berkala dinyatakan dalam tujuh periode dan delapan golongan yang terdiri dari dua golongan besar yaitu golongan utama (golongan A) dan golongan transisi (golongan B).

Penutup
Penyusunan tabel periodik unsur-unsur kimia telah menunjukkan upaya manusia sebagai gambar dan rupa Allah dalam mencari keteraturan realitas ciptaan Allah. Kita sering terkesima dengan implementasi dari ilmu kimia dalam kehidupan manusia, namun bila lebih dalam lagi kita renungkan, keheranan akan semakin menjadi bila mempertanyakan siapa yang membentuk unsur-unsur tersebut, bagaimana unsur-unsur tersebut dapat terbentuk, tak terjawab! Karena hanya Tuhanlah yang mengetahui, karena Dialah penciptanya. Pembentukan unsur-unsur adalah masterpiece kedaulatan Allah terhadap alam ciptaan-Nya. Selanjutnya manusia mempunyai tugas dan panggilan dalam mengusahakan, mengelola, dan melestarikan ciptaan Tuhan (Kej. 9). Melalui ilmu kimia manusia terpanggil menjadi penatalayan Tuhan dalam ciptaan-Nya dengan cara yang lebih lengkap dan bermakna!




[1] Personal Narrative, 1758
[2] Analogi dengan Kain yang sibuk dengan menggarap tanahnya, dan melupakan relasi dengan Allah Pencipta
[3] Crick 1994, hlm. 3
[4] Christianity Today, 27 Agusturs, 1965.
[5] Rujukan ayat yang diberikan hanya bagian kecil dari sekian banyak ayat pendukung