Kimia dan Panggilan Iman
Kristen
Dr. Khoe Yao Tung, MSc.Ed, M.Ed
Saya sering mendengar pendapat dari
para pendidik Kristen bahwa ilmu eksak dan ilmu-ilmu sains termasuk ilmu kimia adalah
ilmu yang netral. Disebut netral karena tidak ada hubungan dan sangkut paut
iman dengan ilmu pengetahuan. Kekristenan dan ilmu-ilmu sains tersebut berjalan
menurut jalannya masing-masing. Pendapat dan pemikiran tersebut telah tercemar
dalam dosa, pendapat yang disebabkan pemberontakan manusia. Dalam perspektif
Kristen semua bidang keilmuan adalah bagian dari realitas ciptaan Allah.
Semuanya telah tercemar dalam dosa, hanya karya penebusan dalam Tuhan Yesus
Kristus dosa manusia dipulihkan. Tanpa ada penebusan, tidak ada yang netral
dalam kehidupan iman Kristen, termasuk kehidupan, karir dan bidang keilmuan.
Tidak ada yang netral dalam struktur dan arah untuk memuliakan Allah dan
menjadi berkat bagi sesama.
Ketika
Allah menciptakan manusia, Allah memberikan manusia suatu mandat untuk
menguasai bumi (Kej. 1:26), mengusahakan, dan memeliharanya (Kej. 2:15). Alkitab
mengingatkan pesan tersebut “apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya?” (Maz. 8:4-5). Mandat ini diulangi pada Nuh di dalam
Kejadian 9, manusia perlu memahami, melestarikan, dan mengelola ciptaan Tuhan dalam
bentuk pelayanan terhadap sesama dan untuk kemuliaan-Nya. Mempelajari ilmu sains
dan kimia merupakan panggilan bagi orang Kristen untuk memenuhi mandat
tersebut. Karya ilmuwan kimia Kristen merupakan upaya yang lebih luas untuk
membawa semua aspek realitas penciptaan dibawah kekuasaan Kristus. Sebagaimana
ada tertulis, “Kami menawan segala
pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Kor. 10:5). Karya ini
mempunyai sisi positif dalam usaha kita untuk memahami semua yang kita pelajari
tentang dunia dalam hubungannya dengan Tuhan dan kedaulatan-Nya.
Kimia adalah ilmu yang mempelajari
tentang komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika, dan energetika
materi. Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang.
Materi merupakan bahan penyusun alam semesta, dengan iman kita mengerti, bahwa
alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat
telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (Ibrani 11:3). Jonathan
Edwards mengungkapkan bahwa “God’s
excellence, his wisdom, his purity and love, seemed to appear in everything; in
the sun, moon and stars; in the clouds and blue sky; in the grass, flowers,
trees; in the water, and all nature; which used greatly to fix my mind.”[1] Dalam perspektif
Kristen semua unsur pembentuk alam yang terdiri dari 92 unsur, adalah unsur
pembentuk materi yang merupakan realitas Allah membentuk semua kreativitas
ciptaan-Nya, Allah membentuk semua molekul dalam berbagai bahan dalam
kreasinya, Allah membuat kreasi benda dengan karbon dengan kreativitas yang
luar biasa,
Apa yang
dikatakan oleh para ahli kimia sekuler yang terlalu sibuk dengan ilmu kimianya?[2] Mereka
menjelaskan bahwa semua unsur adalah bangunan pembentuk dalam proses penciptaan
alam semesta, mereka tidak mengenal pekerjaan yang dibuat dalam karya Allah
pencipta, bahkan berpikir bahwa alam semesta terbentuk sendirinya dengan
unsur-unsur tersebut. Kimiawan ateis jelas tidak mengenal Allah, mereka hanya
mengenal unsur pembentuk dalam setiap benda. Mereka hanya memahami semua benda
berasal dari bentukan unsur-unsur alam yang ada.
Pemahaman Ilmu kimia tidak boleh
terlepas dari Allah pencipta, tidak boleh terlepas dari realitas ciptaan Allah,
tidak boleh terlepas dari kedaulatan Allah, dan tidak boleh terlepas dari
kebenaran Allah. Kimiawan hanya mampu memahami dan menguji fenomena alam secara
sistematik, merumuskan model, konsep, dan menurunkan hukum dan teori dari hasil
pengamatan dan analisisnya. Seluruh fenomena terstruktur oleh Allah sendiri dan
masing-masing mempunyai makna sebagai karakteristik ciptaan Allah. Kimiawab
menguji fenomena alam dalam usaha untuk menyingkapkan makna ciptaan, sehingga
kita memperoleh pemahaman yang lebih dalam
dari perspektif kebenaran Allah sebagai pencipta.
Pemberontakan
manusia terhadap Allah, mengakibatkan manusia berada dalam dosa, bahkan dengan
arah melawan kebenaran Allah, manusia menyakini keterbatasan inderanya mampu
mengungkapkan “kebenaran” yang melawan kebenaran Allah. Penyanggahan kebenaran
Allah dilakukan oleh Francis Crick, ilmuwan yang terkenal dengan “temuan”
struktur molecular DNA, dalam papernya tahun 1994 berhipotesis bahwa ketika
kita mengalami kegembiraan dan kesedihan, ketika kita mengalami kenangan dan
mengejar ambisi, rasa identitas pribadi dan kehendak bebas, pada kenyataannya
tidak lebih dari perilaku yang berkaitan dengan reaksi sel syarat dan
melekul-molekul terkait, “…kita tidak lebih hanyalah sekumpulan neuron”[3].
Crick menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat ukur yang mahatahu akan semua
hal. Penyangkalan terhadap iman akan kebenaran hidup yang kekal dipertegas
Crick, ketika ia menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk menerima pemahaman
akan hidup kekal sebagai kebenaran adalah melakukan analisis ilmiah terhadap
hal tersebut.
Ilmu kimia terus berkembang, seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi pendukung. sehingga pengetahuan yang
didapat dalam ilmu kimia bukanlah suatu kesimpulan tetap. Kimia tidak dapat mencari
penjelasan terakhir, karena setiap hukum ilmiah tunduk dengan konsisten,
koheren dan validasi ilmu itu sendiri, tidak ada kebenaran tetap didalam ilmu
kimia. Terdapat tiga alasan yang mendasari kenapa kimia bukanlah suatu
kebenaran tetap. Pertama, aspek ciptaan yang dipelajari didalam kimia bersifat
terbatas, karena banyak aspek yang berada diluar wilayah kimia. Sehingga
“gambar” ciptaan hasil interpretasi kimia bersifat parsial dari keseluruhan
“gambar” sebenarnya dari ciptaan Allah. Kedua, ilmu kimia banyak berkaitan
dengan model, teori, dan penjelasan. Model ini tidak dapat diuji secara
langsung. Model cenderung didukung oleh pengamatan langsung, atau untuk
membawanya pada perbaikan model, karena sesungguhnya model itu sendiri berada
diluar wilayah realitas pengamatan. Karena bersifat dukungan dari pengamatan
langsung, maka suatu model atau teori hanyalah suatu konsep dengan dianggap
mewakili kebenaran sementara. Ketiga, natur keberdosaan manusia itu sendiri.
Ilmu kimia merupakan bagian dari kebudayaan manusia, yang tidak terlepas dari keberdosaan
manusia. Ilmu kimia sangat tergantung pada data empiris dan analisis yang
selalu terbuka akan adanya kesalahan. Manusia dapat melakukan kesalahan karena
keterbatasan inderanya dan natur keberdosaan dalam interpretasi analisis data
penelitian yang didapat.
Allah
mengetahui keseluruhan kebenaran tentang ciptaan-Nya. Oleh karena itu, pernyataan
yang diperoleh dari pemikiran manusia yang berdosa, hanyalah perkiraan yang
lebih baik dan lebih buruk dari apa yang sebenarnya dianggap “benar”. Prof H.
Enoch dari University of Madras South India menuliskan kata mutiara dalam
Christianity Today[4] sebagai berikut: “Science has no explanation for the origin
of matter and only speculation for the origin of live. After more than thirty
years of teaching, I have come to the settled conviction that no established
fact of science contradicts the Bible.”
Allah
menciptakan energi dan alam semesta, termasuk unsur-unsur bagi pemeliharaan
hidup manusia. Beberapa unsur sudah disebutkan dalam Alkitab pada berbagai
peristiwa dan narasi Alkitab antara lain[5]:
Antimoni (Yes 54::11, NASB), tembaga (Ezr. 8:27, Mat 10:9), intan (Yer 17:1),
Emas (Kel 25-28), besi (Kej 4:22), timah hitam (Kel 15:10), Perak (emas, besi,
batu sekaligus dalam Ayub. 28:1), timah ( Bil 31:22) dan belerang (Kej 19:24).
Perkembangan pengetahuan dalam menyusun unsur-unsur pembentuk kimia melalui scientific inquiry berhasil memetakan
unsur-unsur dalam susunan berkala. Namun sewaktu-waktu tabel tersebut dapat berubah
karena penambahan unsur pembentuk atau unsur buatan yang ditemukan lagi.
Berikut ini merupakan sejarah pengetahuan yang “hanya” memetakan letak
unsur-unsur dalam suatu tabel, sudah menyita begitu banyak pemikiran dan
eksperimen dari realitas yang diciptakan
Allah.
Awalnya
unsur-unsur digolongkan ke dalam unsur logam dan nonlogam. Beberapa unsur
memiliki sifat logam, yaitu
dapat menghantarkan listrik dan panas. Umumnya logam merupakan benda padat
kecuali air raksa, yang nampak mengkilap. Unsur lainnya bersifat nonlogam yang merupakan unsur yang
sukar menghantarkan listrik dan panas, serta tidak mengkilap. Penggolongan ini
kurang memuaskan karena adanya unsur-unsur yang mempunyai sifat antara logam
dan nonlogam seperti silikon, arsenik, dan antimoni (stibium) dan disebut unsur-unsur
metaloid. Kemudian pada tahun 1829 Wolfang Dobereiner, menggolongkan unsur-unsur berdasarkan
kesaamaan sifat. Masing-masing kelompok terdiri atas tiga unsur yang disebut triad. Dalam satu triad massa atom relatif
unsur yang terletak di tengah merupakan harga rat-rata massa atom relatif unsur
yang pertama dan ketiga. Penggolongan Triad Dobereiner menitikberatkan hubungan masing-masing unsur
dalam triad namun tidak berhasil menjelaskan hubungan antara triad yang satu
dengan yang lain. Pada tahun 1865, John Newland menyusun daftar unsur yang
lebih banyak melibatkan unsur-unsur yang sudah dikenal pada saat itu. Susunan
Newland dinamakan susunan Oktet Newland.
Susunan Oktet Newland menyatakan bahwa: Jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan
massa atom, maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah unsur kedelapan.
Selanjutnya
pada tahun 1869 Dmitri Ivanovitch Mendeleeff menyusun daftar unsur-unsur
berdasarkan kenaikan massa atom dan kemiripan sifat. Adapun hukum periodik Mendeleef menyatakan
bahwa: bila
unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka sifat unsur akan
berulang secara periodik. Susunan Mendeleef ini merupakan sistem
periodik pertama yang sering disebut sistem periodik unsur bentuk pendek. Susunan
Mendeleef juga telah mengenal adanya lajur
tegak yang disebut golongan dan
lajur mendatar yang disebut periode. Selanjutnya susunan berkala
unsur-unsur Mendeleeff diperbaiki oleh H.G.J. Moseley, sekitar tahun 1940an. Moseley menemukan
kekeliruan dalam susunan berkala Mendeleeff, karena ada unsur yang susunannya
terbalik letaknya. Moseley menemukan bahwa keperiodikan sifat tidak didasarkan
pada massa atom, tetapi didasarkan pada nomor atom atau muatan inti. Susunan
berkala dinyatakan dalam tujuh periode dan delapan golongan yang terdiri dari
dua golongan besar yaitu golongan utama (golongan A) dan golongan transisi
(golongan B).
Penutup
Penyusunan tabel periodik unsur-unsur kimia telah
menunjukkan upaya manusia sebagai gambar dan rupa Allah dalam mencari
keteraturan realitas ciptaan Allah. Kita sering terkesima dengan implementasi
dari ilmu kimia dalam kehidupan manusia, namun bila lebih dalam lagi kita
renungkan, keheranan akan semakin menjadi bila mempertanyakan siapa yang
membentuk unsur-unsur tersebut, bagaimana unsur-unsur tersebut dapat terbentuk,
tak terjawab! Karena hanya Tuhanlah yang mengetahui, karena Dialah penciptanya.
Pembentukan unsur-unsur adalah masterpiece
kedaulatan Allah terhadap alam ciptaan-Nya. Selanjutnya manusia mempunyai tugas
dan panggilan dalam mengusahakan,
mengelola, dan
melestarikan ciptaan Tuhan (Kej. 9). Melalui ilmu kimia manusia
terpanggil menjadi penatalayan Tuhan dalam ciptaan-Nya
dengan cara yang lebih lengkap dan bermakna!