Why Should We Think?
Dr. Khoe Yao Tung, M.Sc.Ed, M.Ed
Pernah
baca buku Harry Blamires (lahir 1916) yang berjudul The Christian Mind: How Should a Christian Think?[1]
Buku ini dapat dikatakan sebagai salah satu buku wajib untuk memahami
pendidikan Kristen. Mengapa? Karena isi buku ini memberi kesadaran sekaligus
memprovokasi pentingnya Christian mind
(Christian Wolrdview) dalam setiap pengikut Kristus sehingga
prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan dapat diimplementasikan dalam kehidupan
orang Kristen. Provokasi yang ditebarkan Harry Blamires yang membuat kita berinstropeksi
dalam adalah “There is no longer a
Christian mind”, tidak ada lagi Christian mind (akal budi Kristen), tidak ada lagi tindakan yang berasal
dari perspektif Kristen dalam kehidupan masyarakat masa kini. Kekristenan telah
menyerah pada pemikiran sekuler.[2] Benarkah
demikian, saya tidak membenarkan pendapat itu atau tidak sekali, tapi jelas pernyataan
ini menjadi suatu peringatan bagi kita untuk terus berpikir dan bertindak dalam
Christian mind (Akal budi Kristen).
Ketika artikel ini dibuat, saya terhenyak kaget mendengar
berita[3] tentang
Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan perkawinan sejenis yang selama ini
diusung komunitas LBGT (lesbian, gay,
bisexual, dan transgender)[4] sejak
tahun 1990an, tentu saja legalisasi ini semakin memberi keyakinan “There is no longer a Christian mind”. Amerika
Serikat menjadi negara ke duapuluh tiga yang menjadi negara yang melegalkan
perkawinan sejenis, atas dasar persamaan hak[5]. Keputusan tersebut sontak melahirkan
pertanyaan dimana para politisi
Kristen saat itu, dimana para akademisi Kristen saat itu? dimana kekristenan di
tengah-tengah mayoritas masyarakat Kristen? Dimanakah pengaruh pembentukan Christian mind? Bagaimana peran sekolah
Kristen, institusi Kristen, dan gereja selama ini? Apakah keberadaannya sudah
memberikan pengaruh untuk menjalankan perintah Tuhan.
Why should We think? Mengapa kita perlu memikirkan
pembelajaran yang membentuk Christian
mind. Pembentukan Christian Mind menjadi
penting ketika akal budi itu terus memimpin kehidupan dalam kebenaran firman
Tuhan dalam lingkungan kekristenan termasuk, para pendidik Kristen yang harus
terus belajar memahami perintah dalam terang kemuliaan Allah. Christian mind merupakan persyaratan
bagi berpikir Kristen, sedangkan berpikir Kristen merupakan persyaratan dalam
kehidupan dalam kekristenan. Tak berlebihan bila James
Emery White dalam membagikan keyakinannya berkaitan dengan Christian Mind, ia menuliskan dalam bukunya, A mind for God bahwa Christian
mind adalah pikiran yang dengan keyakinan mendalam bahwa ada sesuatu di
luar diri kita yang kita harus perhatikan yaitu keberadaan Allah yang tidak
diam.
“The Christian mind is a mind that operates under the belief
that there is something outside of ourselves the we must take into account.
There is a God, a God, as Francis Schaeffer said, who is no only there but is
not silent.” [6]
Pentingnya
pembentukan Christian mind, sebagai upaya
mengenal Allah, sebagai petunjuk dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan serta
memperbaharui akal budi kita (Roma
12:1-2). Christian mind dalam iman
orang Kristen memelihara mereka berkaitan dengan bebarapa hal utama yaitu
-
Kebergantungan dengan Allah, memahami
dan mengenal Allah. Bagian Alkitab dalam Yeremia 9:23-24 menyebutkan Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana
bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena
kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa
yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan
mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai,
demikianlah firman TUHAN."
-
sikap mengasihi dan
menyenangkan Tuhan dalam segenap aspek kehidupan. Alkitab dalam Markus 12:30
menyebutkan Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
-
Pangilan dalam
mengajarkan kasih Tuhan pada orang lain akan. Bagian Alitab menyatakan dalam Matius
28:18-20 mencatat, Yesus
mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Kebutuhan untuk Pengenalan akan Allah
Alkitab memberikan perintah imperatif dalam mengenal Allah, "Bertobatlah,
sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat.
4:17), namun demikian pikiran bodoh juga sering mendakwa orang-orang yang mengetahui tentang Allah, tetapi mereka menolak
dengan tidak mengenal Allah. Alkitab menyatakan "Sungguh,
bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol,
dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk
berbuat baik mereka tidak tahu." (Yer. 4:22). Tidak mengenal Allah merupakan kebinasaan
Alkitab menuliskan “Umat-Ku binasa karena tidak
mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak
engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka
Aku juga akan melupakan anak-anakmu. Makin bertambah banyak
mereka, makin berdosa mereka kepada-Ku, kemuliaan mereka akan Kutukar dengan
kehinaan.”
(Hos.
4: 6-7)
Manusia semakin degil dengan tidak dapat
membedakan tanda-tanda zaman dengan tidak mengenal Allah. Alkitab memberikan
peringatan akan hal itu “dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup,
kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi
tanda-tanda zaman tidak” (Mat. 16:3).
Penyesatan untuk tidak
mengenal Allah
Penyesatan filsafat dan worldview Kristen sudah diingatkan ketika Paulus menyurati jemaat
di Kolose, Alkitab menjelaskan “Hati-hatilah, supaya jangan
ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran
turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus” (Kol. 2:8).
Pengenalan akan firman Tuhan akan membentuk worldview Kristen, yang akan mematahkan pengenalan siasat orang
yang tidak mengenal Tuhan “Kami
mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh
keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala
pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2 Kor. 10:5).
Orang-orang yang tidak mengenal Allah dibutakan oleh ilah
kehidupannya di zamannya, Paulus mengingatkan kita dalam Jemaat di Korintus.
“yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah
dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil
tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah” (2 Kor 4:4). Hanya bersandar dan
meminta kepada Allah, ia akan memampukan setiap orang percaya mengenal
Allah secara benar. Alkitab menuliskan “dan meminta
kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia
memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan
supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu
mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya
kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” (Ef.
1:17-18).
Why
should we think? Sebuah pertanyaan yang memberikan refleksi kepada kita, mengapa
kita harus berpikir utamanya mengenal Allah lebih dekat, Mengapa pembentukan Christian mind merupakan mandat yang
diberikan dari Allah. J.P. Moreland, seorang teolog
Kristen dalam bukunya Love Your God With All Your Mind menyebutkan terdapat lima mandat berkaitan
dengan akal budi Kristen.
·
Mandat akal budi
Kasihilah Tuhan, Allahmu 1 , dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan
dengan segenap kekuatanmu (Markus 12:30). Perintah dan
hukum mengasihi Tuhan telah bergema, dimulai dari Musa berjalan terus dengan hukum Kasih Tuhan Yesus. Mandat akal budi: Berusaha untuk Mengenal Allah. Untuk mengasihi seseorang kita harus mengasihi sesama. Kita berusaha untuk mengenal Tuhan dan menghidupi keseharian bersama Tuhan secara intim. Kegagalan kita lebih banyak berusaha mengenal Allah tanpa menggunakan akal budi dan berpikir untuk menyelidiki apa yang telah Allah tentang diri-Nya seperti yang difirmankan dalam Alkitab.
·
Mandat kedua
adalah akal budi Kristen untuk diam
bersama Tuhan.
“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang
percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar
adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu" (Yoh. 8: 31-32). Mandat ini memerintahkan kita untuk
tinggal di dalam firman-Nya, hal ini menyiratkan kebutuhan akan menggunakan akal budi untuk memahami Kitab Suci, mengenal dan
melakukan kebenaran-Nya.
·
Mandat ketiga adalah madnat pendewasaan
akal budi. Roma 12: 2 menyatakan, Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kata-kata
kunci berkaitan dengan ayat ini adalah serupa,
berubah, dan membuktikan mengacu pada tindakan yang berkelanjutan. Dengan
demikian, pikiran Kristen harus ditandai dengan pembangunan yang berkelanjutan
menuju kedewasaan. Ibrani 5:14 mengumpamakan
“makanan padat” bagi orang-orang yang berpikiran dewasa. Tetapi makanan keras adalah
untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk
membedakan yang baik dari pada yang jahat. Alkitab dalam Ibrani 6 :1 menegaskan orang Kristen terus bertumbuh " Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas
pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang
penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah."
·
Mandat keempat adalah mandat memberitakan dan mempertahankan iman. Kedewasaan
akal budi pada orang Kristen harus melibatkan secara aktif pikiran orang-orang di sekitarnya. Paulus
memberikan model dirinya bagi pemberitaan dan mempertahankan iman di
tengah-tengah penolakan dirinya. Akhirnya ia melayani sampai ke Athena. Alkitab
selanjutnya menuliskan “Karena itu di
rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang
takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya
di situ. Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan
Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang
hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata:
"Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia
memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. (Kis.17: 17-18). Paulus berusaha
mengerti pemikiran dan kepercayaan orang Athena sebelum dia memberitakan Injil
kepada mereka (17:17-18). agar supaya berita Injil dapat disampaikan dengan
baik. Ia menyatakan dan membela kebenaran Injil di
rumah ibadat dengan orang-orang sendiri, di kalangan rakyat, dan bahkan dengan para intelektual saat itu.
·
Mandat kelima adalah mandat
kebutuhan untuk terus belajar. Filipi 4: 8
menyatakan: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang
mulia, semua yang adil, semua yang suci 1 ,
semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Perhatikan kalimat terakhir: pikirkanlah semuanya itu, ungkapan juga termasuk perintah yang studi tersebut adalah untuk terus
menerus. Kita harus merenungkan, atau berpikir pada hal-hal dari Allah.
Penutup
Why should we
think? Memberikan pertanyaan yang mengarah akan pembentukan Christian mind.
Pemikiran pada Kristus menuntut kita untuk terus-menerus bertumbuh dalam
Kristus. Akal budi dan pikiran Kristen harus harus diterapkan, mengalir dalam keseharian kehidupan. Pendidikan Kristen
mempunyai peran dalam melibatkan semua orang yang ada di sekolah untuk berumbuh
menjadi dewasa dalam pengenalan akan Allah termasuk mengaplikasikannya di dalam
keseharian hidup.
[1] The Christian Mind: How Should a Christian Think? Vancouver, British Colombia: Regent College Publishing, 1963
[2] Blamires Harry. The Christian
Mind, How Should a Christian Think?, (Colorado Springs: Purposeful Design,
1963), hlm. 3
[4] Tambah
murtad lagi ketika simbol-simbol LBGT menirukan rangkaian warna pelangi,
menirukan janji Tuhan kepada Nabi Nuh akan tidak adanya banjir besar dunia pada
umat manusia.
[5] Bukan tidak mungkin komunitas
LBGT suatu ketika dapat menuntut haknya agar pemerintah memasukkan materi
pelajaran di sekolah tentang perkawinan sejenis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar